Rabu, 30 November 2016

Samsung Gear 360 Dijual di Indonesia Bulan Depan, Harganya?

Samsung Gear 360 pertama kali diperkenalkan bersama duo flagship Galaxy S7 dan Galaxy S7 Egde pada Februari lalu dalam ajang Mobile World Congress 2016 di Barcelona, Spanyol.



Perangkat kamera berbentuk mirip bola mata yang sanggup merekam video dan foto 360 derajat dari segala arah itu kini akan segera dijual di Tanah Air.

Ketika dihubungi oleh KompasTekno, Senin (24/10/2016), pihak Samsung Indonesia menjelaskan bahwa Gear 360 akan mulai dijual di Indonesia pada November mendatang,

Namun, tanggal pastinya belum diungkapkan Samsung. Banderol harga Gear 360 sendiri dipatok Rp 3.999.000.

Gear 360 memiliki dua unit kamera dengan lensa fish eye yang cakupan bidang pandangnya mencapai 180 derajat. Masing-masing kamera dilengkapi dengan sensor gambar 15 megapiksel dan ditempatkan dalam posisi saling memunggungi satu sama lain.

Video hasil rekamannya menyajikan pandangan ke segala arah dan bisa ditonton melalui Facebook atau YouTube yang sudah mendukung fitur video 360.

Samsung merancang Gear 360 agar dipasangkan dengan ponsel Galaxy lewat koneksi wireless. Kendali bisa dilakukan lewat aplikasi mobile bernama Gear 360 Manager.

Perangkat Galaxy yang kompatibel dengan kamera ini hanya dari seri high-end, yakni Galaxy Note 5, Galaxy S6, Galaxy S6 Edge, Galaxy S6 Edge Plus, serta Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge.

Gear 360 juga bisa beroperasi secara mandiri tanpa perlu terhubung ke ponsel dengan tiga tombol kendali di tubuhnya.

Jumat, 25 November 2016

Anak Indonesia Usia 10-14 Tahun Doyan Internetan

Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap adanya kenaikan jumlah pengguna internet, sekaligus perubahan demografi. Kini, anak usia 10-14 tahun pun telah mengakses internet.



“Sekarang anak usia 10-14 tahun pun sudah mulai banyak yang mengakses internet,” terang Ketua APJII, Jamalul Izza saat ditemui KompasTekno usai pengumuman hasil Survei Pengguna Internet Indonesia 2016, di Jakarta, Senin (24/10/2016).

“Anak-anak usia ini justru belum bermain di media sosial, tapi rata-rata memakai internet untuk menonton video. Biasanya mengakses video itu dari YouTube,” imbuhnya.



Yoga Hastyadi Widiartanto/Kompas.com
Ketua APJII Jamalul Izza saat ditemui di sela pengumuman Hasil Survei Pengguna Internet Indonesia 2016, di Jakarta, Senin (24/10/2016).
Hasil survei APJII, lanjut Jamal, menunjukkan bahwa pengguna internet usia 10-14 tahun tercatat sekitar 768.000 orang.

Angka ini merepresentasikan kenaikan 100 persen, karena pada 2014 anak usia tersebut belum mendapatkan akses internet.

Selain itu, dari segi usia, jumlah pengakses internet terbanyak berada di rentang usia 25-29 tahun dengan total 24 juta orang.

Sedangkan total pengguna internet di Indonesia, di tahun 2016 telah mencapai 132,7 juta orang.

Angka tersebut merepresentasikan kenaikan sebesar 51,8 persen, dibandingkan angka tahun lalu yang sebesar 88 juta orang.

Jumlah pengakses internet terbesar Indonesia saat ini berkumpul di pulau Jawa.

Proporsinya sebagai berikut:

86,3 juta atau 65 persen di Jawa
20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera
8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi
7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan
6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB
3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua

Butuh Perlindungan

Anak-anak usia belia tersebut, menurut Jamal perlu dilindungi dari berbagai konten negatif di Internet. APJII sendiri, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenominfo) sedang menggodok sistem filter baru.

“Kami sedang membangun filter yang bisa otomatis bekerja. Nanti akan ada dashboard untuk mengontrol pemblokiran, sehingga saat akan memblokir sesuatu tinggal melakukannya dari sana,” terang Jamal.

“Sekarang ini yang kurang memuaskan itu mekanisme pemblokiran yang masih manual, karena itu kami sedang buat yang otomatis. Dua bulan lagi sudah bisa jalan lah sistem baru ini,” pungkasnya.

Menurutnya, selama ini mekanisme pemblokiran konten negatif masih dilakukan dengan cara manual. Prosesnya adalah pengguna internet melaporkan adanya tautan yang bermuatan negatif, kemudian laporan masuk, dibahas panel, dan perintah pemblokiran diturunkan dalam bentuk surat.

Namun pada sistem baru, semua laporan mengenai tautan bermutan negatif akan dikumpulkan dalam satu wadah. Penyampaian keputusan dan perintah pemblokiran pun bisa dilakukan langsung melalui wadah tersebut, tanpa menggunakan surat fisik lagi.

Minggu, 20 November 2016

GrabChat Diperkenalkan, Kontak Pengemudi Bisa lewat "Chatting"

Komunikasi dengan pengemudi kendaraan yang dipesan melalui aplikasi Grab bakal bisa dilakukan lewat perantara chatting, selain sambungan telepon.



Penyedia layanan ojek dan mobil sewaan online tersebut hari ini, Senin (24/10/2016), mengumumkan ketersediaan GrabChat, fitur instant messaging yang tersedia di dalam aplikasi mobile Grab.

Menurut keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Senin, ikon GrabChat akan muncul di tampilan aplikasi Grab, di samping identitas pengemudi, setelah pengguna melakukan pemesanan.

Begitu diklik, aplikasi akan menampilkan opsi untuk memilih sejumlah template pesan. Pengguna juga bisa mengirim pesan sendiri. Setelahnya pengguna layanan dapat menekan tombol "kirim" untuk memulai chatting dengan pengemudi kendaraan yang dipesan.

"Ïni akan mempermudah dan mempercepat proses penjemputan bagi penumpang dan pengemudi dengan adanya komunikasi yang mulus langsung dari aplikasi Grab, tanpa perlu menghabiskan pulsa," ujar Co-Founder Grab Hooi Ling Tian.

Selain mengirit biaya SMS, Tan menambahkan, dengan adanya layanan chatting ini, driver Grab tidak perlu khawatir terkena biaya telepon yang mahal saat berkomunikasi dengan penumpang yang memiliki nomor telepon dari luar negeri.

GrabChat akan mulai digulirkan secara bertahap ke aplikasi Grab di platform Android dan iOS mulai Senin (24/10/2016) hingga akhir minggu ini, untuk semua pengguna yang berdomisili di wilayah Asia Tenggara.

Sebelumnya, Grab telah lebih dulu melakukan program beta testing GrabChat dengan melibatkan lebih dari 50.000 pengguna.

Selama masa uji coba yang berlangsung sepekan itu, pihak Grab menyatakan berhasil menghemat biaya 85.000 SMS untuk pengemudi dan 45.000 SMS untuk penumpang.

Selasa, 15 November 2016

"Smartphone" Luna Buatan Foxconn Dipastikan Masuk Indonesia

Foxconn tampaknya juga ingin terjun ke pasar smartphone di Indonesia. Pabrikan Taiwan yang dikenal sebagai perakit iPhone itu berencana memasarkan produk buatannya sendiri, yakni Luna, di Indonesia pada bulan depan.



Kepastian itu terungkap lewat undangan acara peluncuran Foxconn Luna di Indonesia yang diterima KompasTekno, Senin (24/10/2016).

Dalam undangan tersebut, tertulis bahwa peluncuran Foxconn Luna akan dilaksanakan pada 7 November 2016.

"Foxconn, pabrikan smartphone Taiwan, secara resmi akan merilis smartphone Luna di Indonesia," demikian tulis Foxconn.



Ist
Android Foxconn Luna
Smartphone Luna buatan Foxconn dirilis sejak 2015, dan digadang-gadang sebagai pesaing ponsel flagship lainnya. Luna telah dipasarkan di Korea Selatan sejak September 2015 dengan harga sekitar Rp 4 juta.

Foxconn Luna memiliki layar 5,5 inci full HD (1080p) dengan chipset hardware Qualcomm Snapdragon 801 (quad-core) berkecepatan 2,5GHz, dan memori RAM 3 GB.

Kamera utamanya beresolusi 13 MP dengan lensa f/2.0 dan dilengkapi lampu flash model dual LED. Kamera depannya mengusung sensor resolusi 8 megapiksel dengan diafragma lensa f/1.8.

Luna menjalankan sistem operasi Android 6.0 Marsmallow dengan memori internal 64 GB, dan mendukung kartu memori MicroSD hingga kapasitas 128 GB. Baterainya sendiri berkapasitas 2.900 mAh.

Belum diketahui berapa harga jual smartphone Android Luna buatan Foxconn ini di Indonesia. Untuk lebih pasti, tunggu peluncuran resminya di Indonesia pada awal November mendatang.

Kamis, 10 November 2016

Mengapa IBM Sang Pelopor PC Beralih ke Komputer Mac?

 Setelah bertahun-tahun memakai PC Windows, IBM kapok dan memutuskan untuk mengganti sebagian komputer untuk karyawan dengan Mac dari Apple. Langkah ini bisa dibilang ironis karena dulu IBM adalah pelopor PC yang berseberangan dengan Mac.



Namun kantong berkata lain. Menurut Vice President IBM Fletcher Previn yang mengepalai departemen TI perusahaan tersebut, setelah dihitung-hitung, biaya kepemilikan Mac lebih murah dibandingkan PC Windows.

Lebih tepatnya, meski harga pembeliannya lebih mahal hingga 454 dollar AS dari PC Windows, dalam pemakaian jangka panjang, biaya perawatan komputer Mac ternyata jauh lebih rendah.

Hanya lima persen pengguna Mac di IBM yang membutuhkan dukungan teknis dengan kehadiran staf IT support secara langsung, dibandingkan 40 persen pengguna PC, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari IBTimes, Senin (24/10/2016).

"Pada akhirnya, biaya pemilikan lebih mahal 57,3 juta dollar AS (sekitar 746 miliar rupiah) per 100.000 PC Windows, atau tiga kali lebih tinggi (dibandingkan Mac)," sebut Previn ketika berbicara dalam konferensi Jamf Nation User di Minneapolis, AS, minggu lalu.

Lebih mudah



Jamf
Vice President IBM Fletcher Previn
IBM sebenarnya telah mulai mengganti PC Windows dengan Mac sejak Oktober 2015 lalu. Ketika itu, sekitar 30.000 PC Windows diganti dengan Macintosh.

Sekarang, populasi komputer Mac di IBM telah mencapai 90.000 unit dan bakal mencapai angka 100.000 menjelang akhir 2016, karena Previn berencana terus menambah Mac sebanyak 1.300 unit per minggu.

Tujuan akhirnya adalah mendistribusikan sekitar 150.000 hingga 200.000 unit Mac di IBM. Artinya, sekitar setengah dari 370.000 karyawan perusahaan tersebut bakal beralih dari PC Windows ke Mac.

Tingkat kepuasan karyawan IBM terhadap Mac mencapai 91 persen karena komputer buatan Apple itu lebih jarang bermasalah dan lebih mudah dipakai dibandingkan PC Windows. Begitu mudahnya, sehingga unit IBM di Jepang memutuskan untuk menjadikan Mac sebagai komputer standar.

Previn turut menurutkan bahwa sebagian besar pegawai IBM (65 persen) memakai gadget berbasis iOS, juga buatan Apple. Sebanyak 33 persen menggunakan Android, sisanya masih setia dengan BlackBerry.

Dia mengatakan pengalaman IBM dengan Mac membuktikan bahwa kemudahan pakai adalah aspek yang penting dalam pemanfaatan teknologi.

"Kalau Anda membuatnya sederhana dan mudah dipakai untuk pengguna, maka merekalah yang akan membelinya dari Anda. Anda tidak perlu mendorong-dorong mereka," ujar Previn.

Sabtu, 05 November 2016

Matinya Ponsel Murah China

Ponsel buatan China dulu identik dengan produk tiruan yang murah meriah, tetapi kini tidak lagi. Aneka brand lokal Negeri Tirai Bambu, seperti Huawei, Oppo, dan Vivo, telah membuat smartphone yang mampu bersaing dengan raksasa-raksasa kelas dunia macam Apple dan Samsung.



Ketiga merek lokal China tersebut menguasai sekitar 40 persen pasaran smartphone dunia dengan harga di atas 500 dollar AS (Rp 6,5 juta), menurut keterangan yang dirangkum KompasTekno dari Bloomberg Business Week, Selasa (25/10/2016).

Analis lembaga riset pasar Canalys, Jessie Ding, menyebutkan bahwa konsumen Negeri Panda kini lebih mempertimbangkan kualitas dan layanan yang baik ketimbang sekadar harga murah. "Mereka ingin ponsel premium," katanya.

Baca: Apa Kesamaan Oppo, Vivo, dan OnePlus?

Rata-rata harga ponsel dari Huawei, Oppo, dan Vivo pun kini telah naik hingga di atas 300 dollar AS (Rp 3,9 juta). Seiring dengan hal tersebut, jumlah pengapalan produk mereka di seluruh dunia berangsur naik.

Pergeseran minat konsumen ke kualitas perangkat merupakan salah satu alasan Xiaomi mulai tersisih dari pasaran China. Dulu, pada 2014 dan 2015, Xiaomi sempat meraja dengan ponsel murah meriah. Rata-rata harga ponsel dari pabrikan ini sekarang berkisar di angka 180 dollar AS (Rp 2,3 juta).

Industri ponsel China turut diuntungkan oleh perjanjian antara pihaknya dengan Qualcomm pada 2015. Saat itu, sang pembuat chipset Snapdragon setuju membayar denda 975 juta dollar AS dan mengurangi royalti yang dikenakan ke pabrikan China untuk menyudahi tudingan upaya monopoli.

Baca: Singkirkan Lenovo, Oppo Masuk Lima Besar Dunia

Raksasa-raksasa smartphone China berencana mendorong ekspansi ke seluruh dunia pada 2017 mendatang. Selain nama-nama di atas, masih ada merek lain, seperti LeEco, ZTE, Vivo, dan Lenovo.

Huawei menggelontorkan sumber daya ke departemen perancangan perangkatnya yang dikepalai oleh mantan desainer Samsung, Joonsuh Kim. Sementara Oppo berupaya menciptakan perangkat unggulan yang bisa menonjol dalam hal kualitas di antara produk pesaing.

"Kami harus fokus. Kami ingin Oppo supaya lebih dikenal oleh konsumen muda," kata Allen Wu, Vice President Oppo, sambil menambahkan bahwa Oppo berkomitmen tak membuat perangkat low-end berharga rendah. Sekarang memang bukan zamannya lagi ponsel China murah meriah.